PUISI
Puisi
(dari bahasa Yunani
kuno: ποιέω/ποιῶ
(poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk
tambahan, atau selain arti semantiknya.
Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.
Baris-baris
pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal
tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi
kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal
tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis
selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang
membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa
perbedaan antara puisi
lama
dan puisi
baru.
Namun
beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin
memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu
'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan
lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.
Didalam
puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu
semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.
Dibeberapa
daerah di Indonesia puisi juga sering
dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak
mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.
Menurut Sobandi dalam
buku Mandiri Bahasa Indonesia penerbit Erlangga (ktsp 2006) : hal 34. Puisi
merupakan karya sastra yang ditulis dalam bentuk bait, menggunakan kata-kata
yang padat makna dan indah, serta mengandung pesan-pesan tertentu. Ada dua
unsure yang membangun keindahan sebuah puisi, yaitu unsure bentuk dan unsure
isi. Puisi yang mengutamakan unsure bentuk umumnya terdapat pada puisi lama,
seperti pantun, syair, gurindam, karmina dan talibun. Unsur bentuk adalah
unsure yang membangun sebuah puisi secara fisik, yaitu korespondensi,
musikalisasi, dan gaya bahasa.
Korespondensi = Jalinan
antarkata, antarlarik, dan antarbait
Musikalisas = Perulangan bunyi (rima) dan lagu
(irama)
Gaya bahasa = Gaya penyair dalam menggunakan kata-kata
sehingga menjadi hidup dan menarik
Jenis-Jenis Puisi
Menurut
zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru
PUISI LAMA
Puisi
lama adalah puisi yang terikat oleh
aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
- Jumlah kata dalam 1 baris
- Jumlah baris dalam 1 bait
- Persajakan (rima)
- Banyak suku kata tiap baris
- Irama
Ciri puisi lama:
- Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
- Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
- Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.
Jenis-jenis puisi lama
- Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang
beralun berilir simayang
Mari
kecil, kemari
Aku
menyanggul rambutmu
Aku
membawa sadap gading
Akan
membasuh mukamu
- Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,baris pertama dan ke-2 sebagai sampiran, baris ke-3 dan ke-4 sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan
dimasukkan ke dalam peti
Kalau
ada kataku yang salah
Jangan
dimasukkan ke dalam hati
- Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu
sayang sekarang benci (a)
- Seloka adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu
jati bertimbal jalan
Di
mana hati tak kan rusuh,
Ibu
mati bapak berjalan
- Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu
dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa
tinggalkan sembahyang (b)
Bagai
rumah tiada bertiang (b)
Jika
suami tiada berhati lurus (c)
Istri
pun kelak menjadi kurus (c)
- Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah
sebuah cerita (a)
Sebuah
negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin
sang raja nan bijaksana (a)
- Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu
beli belanak pun beli sampiran
Ikan
panjang beli dahulu
Kalau
anak pergi berjalan
Ibu
cari sanak pun cari isi
Induk
semang cari dahulu
PUISI BARU
Puisi
baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris,
suku kata, maupun rima.
Ciri-ciri Puisi Baru:
- Bentuknya rapi, simetris;
- Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
- Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
- Sebagian besar puisi empat seuntai;
- Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
- Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.
Menurut Sobandi dalam
buku Mandiri Bahasa Indonesia penerbit Erlangga (ktsp 2006) : hal 35.
Jenis-jenis rima adalah sebagai berikut
-
Rangkai : a-a-a-a
-
Kembar : a-a-b-b
-
Silang : a-b-a-b
-
Peluk : a-b-b-a
-
Patah :
a-b-a-a, a-a-b-a, a-a-a-b
Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya :
- Balada adalah puisi berisi kisah/cerita rakyat yang mengharukan. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Contoh:
Sahabatku
Yang Tertindas
(Kahlil Gibran)
Wahai
engkau yang dilahirkan di atas ranjang kesengsaraan,
Diberi
makan pada dada penurunan nilai,
Yang
bermain sebagai seorang anak di rumah tirani,
Engkau
yang memakan roti basimu dengan keluhan dan meminum air keruhmu bercampur
dengan air mata yang getir.
Wahai
askar yang diperintah oleh hokum yang tidak adil oleh lelaki yang meninggalkan
istrinya,
Anak-anaknya
yang masih kecil,
Sahabat-sahabatnya,
Dan
memasuki gelanggang kematian demi kepentingan cita-cita yang mereka sebut
‘keperluan’.
- Himne adalah puisi yang berisi nyanyian, pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan
batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan
nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat
derita pada lekuk dan liku
bawah
sayatan khianat dan dusta.
Dengan
hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan
darah dari tangan dan kaki
dari
mahkota duri dan membulan paku
Yang
dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa
luka-luka yang lebar terbuka
dunia
kehilangan sumber kasih
Besarlah
mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu
tersalib di datam hati.
(Saini
S.K)
- Ode adalah puisi yang berisi pujian atau sanjungan untuk orang yang berjasa atau lainnya. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi
Sekarang
Di
atas puncak gunung fantasi
Berdiri
aku, dan dari sana
Mandang
ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi
sekarang di panjang masa
Menciptakan
kemegahan baru
Pantun
keindahan Indonesia
Yang
jadi kenang-kenangan
Pada
zaman dalam dunia
(Asmara
Hadi)
- Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup yang berisi prosa pendek. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari
ini tak ada tempat berdiri
Sikap
lamban berarti mati
Siapa
yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang
menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)
- Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta seseorang terhadap kekasihnya. Romansa Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
Contoh:
Ingin Kulupakan Cinta
Setelah hampa
Tinggallah ruang kosong di hati,
Kembali kauhadir ketika lelap menyelimuti.
Harusnya kausadar!
Kau pun tak patut kembali
Walau hanya dalam mimpi!
Jalan setapak yang kita lalui dulu
Hanyalah kepingan sampah kenangan
Yang seharusnya kubuang jauh
Dan pasti kubuang jauh.
Dan aku pun harusnya sadar,
Melupakanmu hanyalah memberikan sedikit goresan tipis di hati.
- Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan dan ungkapan duka cita . Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja
di Pelabuhan Kecil
Ini
kali tidak ada yang mencari cinta
di
antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang
serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus
diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis
mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung
muram, desir hari lari berenang
menemu
bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan
kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada
lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir
semenanjung, masih pengap harap
sekali
tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari
pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap
- Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik terhadap ketimpangan atau ketidakberesan dalam kehidupan suatu kelompok masyarkat tertentu. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku
bertanya
tetapi
pertanyaan-pertanyaanku
membentur
jidat penyair-penyair salon,
yang
bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara
ketidakadilan terjadi
di
sampingnya,
dan
delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu
dl kaki dewi kesenian.
macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya
antara lain:
- Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali
kita gagal
Ulangi
lagi dan cari akal
Berkali-kali
kita jatuh
Kembali
berdiri jangan mengeluh
- Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam
ribaan bahagia datang
Tersenyum
bagai kencana
Mengharum
bagai cendana
Dalam
bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar
bagai matahari
Mewarna
bagaikan sari
- Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh:
Mendatang-datang
jua
Kenangan
masa lampau
Menghilang
muncul jua
Yang
dulu sinau silau
Membayang
rupa jua
Adi
kanda lama lalu
Membuat
hati jua
Layu
lipu rindu-sendu
- Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh:
Hanya
Kepada Tuan
Satu-satu
perasaan
Hanya
dapat saya katakan
Kepada
tuan
Yang
pernah merasakan
Satu-satu
kegelisahan
Yang
saya serahkan
Hanya
dapat saya kisahkan
Kepada
tuan
Yang
pernah diresah gelisahkan
Satu-satu
kenyataan
Yang
bisa dirasakan
Hanya
dapat saya nyatakan
Kepada
tuan
Yang
enggan menerima kenyataan
(Or.
Mandank)
- Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu
Bagia
Jika
hari’lah tengah malam
Angin
berhenti dari bernapas
Sukma
jiwaku rasa tenggelam
Dalam
laut tidak terwatas
Menangis
hati diiris sedih
(Ipih)
- Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia
Tumpah Darahku
Duduk
di pantai tanah yang permai
Tempat
gelombang pecah berderai
Berbuih
putih di pasir terderai
Tampaklah
pulau di lautan hijau
Gunung
gemunung bagus rupanya
Ditimpah
air mulia tampaknya
Tumpah
darahku Indonesia namanya
- Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan
Awan
datang melayang perlahan
Serasa
bermimpi, serasa berangan
Bertambah
lama, lupa di diri
Bertambah
halus akhirnya seri
Dan
bentuk menjadi hilang
Dalam
langit biru gemilang
Demikian
jiwaku lenyap sekarang
Dalam
kehidupan teguh tenang
- Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan
siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat
anak berelagu dendang ( b )
Seorang
saja di tengah padang ( b )
Tiada
berbaju buka kepala ( a )
Beginilah
nasib anak gembala ( a )
Berteduh
di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak
pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang
ke rumah di senja kala ( a )
Jauh
sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar
olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan
alam nan molek permai ( a )
Wahai
gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan
puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah
aku menurutkan dikau ( c )
PUISI KONTEMPORER
Kata
kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan
zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu,
puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu
terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti
sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan
santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian
kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya
dianggapnya tidak begitu penting lagi.
Tokoh-tokoh
puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:
- Sutardji Calzoum Bachri dengan tiga kumpulan puisinya O, Amuk, dan O Amuk Kapak
- Ibrahim Sattah dengan kumpulan puisinya Hai Ti
- Hamid Jabbar dengan kumpulan puisinya Wajah Kita
Menurut Antilan Purba dalam buku yg
berjudul SASTRA INDONESIA KONTEMPORER penerbit USU PRESS Medan: hal. 15-16
Istilah puisi kontemporer dipadankan
dengan istilah puisi inkonvensional, puisi masa kini, puisi mutakhir.
Pengenaan atau penerapan istilah kontemporer pada puisi kontemporer lebih
mengarah kepada kehendak menunjukkan pada kondisi kreatif seniman di dalam
mengolah dan menemukan idiom-idiom baru.
Puisi
kontemporer tidak hanya terikat kepada tema (struktur tematik), tetapi juga
terikat kepada struktur fisik puisi (struktur sintaksis). Berdasarkan
keberadaan puisi kontemporer ini, maka pengertiannya (1) puisi yang muncul
pada masa kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada
umumnya (H.Nasution, dkk, 1998 :81); (2) puisi yang lahir di dalam kurun waktu
tertentu yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya (umar Yunus,
1985:31).
Puisi
kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi
itu sendiri. Misalnya, sutardji mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi
dia mulai berpaling pada eksistensi bunyi dan kekuatannya. Danarto
justru memulai kekuatan garis dalam menciptakan puisi (Ina Kinayati,
1977, 1978 :81)
Ciri-Ciri
Puisi Kontemporer
Diambil dari buku berjudul
SASTRA INDONESIA KONTEMPORER penerbit USU PRESS Medan karangan Antilan Purba:
hal 38-40
Ada dua pakar sastra indonesia yang membuat ciri-ciri puisi
kontemporer, yaitu Sumardi dan Rachmad Djoko Pradopo.
Sumardi,
di dalam makalanya berjudul Mengintip Puisi Indonesia Kontemporer (dalam
Dewan Kesenian Jakarta, 1979), menegaskan ciri-ciri puisi indonesia kontemporer
itu :
1.
Puisi yang sama sekali menolak kata
sebagai media ekspresinya.
2. Puisi yang bertumpu pada simbol-simbol nonkata, dan
menampilkan kata seminimal mungkin sebagai intinya.
3. Puisi yang bebas memasukkan unsur-unsur bahasa
asing atau bahasa daerah.
4. Puisi yang memakai kata-kata supra, kata-kata
konvensional yang dijungkirbalikkan dan belum dikenal masyarakat umum.
5. Puisi yang menggarap tipografi secara cermat
sebagai bagian dari daya atau alat ekspresinya.
6.
Puisi yang berpijak pada bahasa
inkonvensional, tetapi diberi tenaga baru dengan cara menciptakan idiom-idiom
baru
Rachmad Djoko Pradopo (1984) membeberkan ciri puisi
indonesia kontemporer:
1.
Puisi bergaya mantera dengan sarana
kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
2. Gaya bahasa paralelisme dikombinasikan dengan gaya
bahasa hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh efek
pengucapan maksimal; tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan
kata-kata nonsensdipergunakan dan diberi makna baru.
3. Banyak diciptakan puisi konkret sebagai puisi
eksperimen
4. Kata bahasa daerah banyak dipergunakan untuk
memberikan efek ekspresif.
5. Asosiasi bunyi banyak dipergunakan untuk memperoleh
makna baru.
6. Puisi-puisi imajisme banyak ditulis; dalam puisi
imajis banyak digunakan kiasan, alegori, ataupun parabel
7. Banyak digunakan gaya penulisan yang prosais
8. Banyak di tulis puuisi lugu yang mempergunakan
ungkapan gagasan secara polos dengan kata-kata serebral dan kalimat biasa yang
polos.
9.
Banyak kata tabu yang digunakan baik
dalam konteks puisi main-main, puisi protes, puisi pamplet, maupun puisi
konkret\
ciri-ciri struktur estetika puisi kontemporer,
dikemukakan ciri-ciri ekstra estetik. Ciri-ciri ekstra ini disebut juga
ciri-ciri tema puisi kontemporer. Ciri-ciri itu adalah :
1.
Tema protes yang ditujukan kepada
kepincangan sosial dan dampak negatif dari industrialisasi.
2. Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa
manusia adalah subyek pembangunan dan bukan obyek pembangunan.
3. Tema yang mengungkapkan kehidupan batin religius
dan cenderung ke mistik.
4. Tema yang dilukiskan melalui alegori dan parabel.
5. Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak asasi
manusia berupa perjuangan untuk kebebasan, persamaan hak, pemerataan, dan bebas
dari pencemaran teknologi modern.
6.
Tema kritik sosial terhadap tindakan
sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan dan jabatan.
Penentuan ciri-ciri puisi kontemporer oleh dua pakar
sastra itu secara sekilas tampaknya berbeda. Namun secara hakiki keduanya
saling melengkapi
Puisi kontemporer dapat dibedakan menjadi :
1.
Puisi yang
terdiri dari garis dan gambar berupa kubus segi empat.
Puisi yang
menolak kata sebagai media ekspresinya
Contoh:
KATA
Danarto
2.
Puisi yang
banyak menggunakan symbol daripada kata –kata atau kalimat.
puisi yang menggunakan symbol-simbol dengan menampilkan kata atau kalimat seruan yang sedikit.
puisi yang menggunakan symbol-simbol dengan menampilkan kata atau kalimat seruan yang sedikit.
Contoh :
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
V
VIVA PANCASILA
( Jeihan )
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
V
VIVA PANCASILA
( Jeihan )
3.
puisi yang bebas memasukkan unsur-unsur bahasa asing dan
bahasa daerah.
Contoh :
Contoh :
MAIN CINTA MODEL KAWANG WUNG
(darmanto Jatman, dalam kumpulan Bangsat)
Om
swastiastu
Kaleo o, kane :kahi, elua, Ekolu!
Ayolah kamboja terbang
Ayolah burung berjalan
Ayolah gelombang tidur
Ayolah pasangan berpasangan-
Ayoo!
Ayo
Ayo
Ayo ayo
-aloha!
Kaleo o kane : kehi, elua, ekolu!
Kamboja jangan berhenti jadi
Kamboja
Burung jangan berhenti jadi bu-
Rung
Gelombang jangan berhenti jadi
Gelombang-jangan!
Jangan jangan
Jangan
Mahalo!
Siang-malam, musnahkan beda kalian
Laut-darat, musnahkan beda kalian
Laki-perempuan-musnahkan beda kalian
Half korean, half chinese hawaiian
american meiden-
Satus persen wong lanang jawa yog-
Ya- indonesia munahkan beda kalian!
Heong
Iblis laknak setan bekasukan
Kanioyo temen awakku:
-kangan srengenge mongka awan-awan
-rindu curung padahal di tengah
ranjang
-yearing for the waves yet on the
ocean
4.
Puisi yang
memakai kata supra
kata-kata
konvensional yang dijungkirbalikkan dan belum dikenal masyarakat umum
contoh :
PUISI JAMAN BAHARI
GERISA
Ya maraja jaramaya
Ya marani niramaya
Ya silapa palasiaya
Ya mirado rodamiya
Ya midosa sadomiya
Ya dayuda dayudaya
Ya siyaca cayasiya
Ya sihama mahasiya
Kebatinan oleh Sides Sudyarto
5.
Puisi
tipografi
Puisi tipografi adalah puisi yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam puisi tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan lebih menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya di samping melalui kata-kata tentunya.
Puisi tipografi adalah puisi yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam puisi tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan lebih menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya di samping melalui kata-kata tentunya.
dalam buku yg berjudul SASTRA INDONESIA
KONTEMPORER. Puisi tipografi adalah puisi yang menggarap tipografi secara
cermat sebagai bagian daya atau alat ekspresi. Puisi ini lebih mengutamakan
unsur bunyi.
Contoh :
aCaraCa
o e
w w
o e
CowoKandKewek
o e
w w
e o
e K o
a
u
O w e e e e e k k
Dharma Sari
6.
Puisi yang
berpijak pada bahasa konvensional,
Puisi yang berpijak pada bahsa
konvensional, tetapi diberi tenaga baru dengan cara menciptakan idiom-idiom
baru (idiom-idiom inkonvensional).
Contoh :
JADI
Tidak setiap derita
Jadi
luka
Tidak setiap sepi
Jadi
duri
Tidak setiap tanda
Jadi
makna
Tidak setiap Tanya
Jadi
ragu
Tidak setiap jawab
Jadi
sebab
Tidak setiap seru
Jadi
mau
Tidak setiap tangan
Jadi
pegang
Tidak setiap kabar
Jadi
tahu
Tidak setiap luka
Jadi
kaca
Memandang
Kau
Pada Wajahku!
Sutardji
Calzoum Bachri, dalam kumpulan, O, Amuk
Kapak
7.
Puisi
Mbeling atau puisi lugu.
Puisi ini memakai ungkapan yang blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi konvensional ataupun bunga-bunga bahasa. Biasanya mrngungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat, tetapi dengan cara yang lucu dan tak brusaha terlampau berat.
Puisi ini memakai ungkapan yang blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi konvensional ataupun bunga-bunga bahasa. Biasanya mrngungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat, tetapi dengan cara yang lucu dan tak brusaha terlampau berat.
Menurut Antilan Purba dalam buku yg berjudul SASTRA
INDONESIA KONTEMPORER penerbit USU PRESS Medan. Puisi ini mengungkapkan hidup
sosial kota-kota besar yang sering menampilkan sikap penulis yang skepstis,
pesimis, anarkis dan individualis
Contoh :
BIARIN
Kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
Kamu bilang hidup ini tak punya arti. Aku bilang
biarin
Kamu bilang aku nggak punya kegembiraan. Aku bilang
biarin
Kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang
biarin
Habisnya, terus terang saja, aku nggak percaya sama
kamu
Tak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana
Cuma karena kamu merasa asing saja makanya kamu
selalu bilang seperti itu
Kamu bilang aku bajingan. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku perampok. Aku bilang biarin
Soalnya kalau aku nggak bajingan menjadi apa coba,
lonte?
Aku laki-laki. Kalau kamu nggak suka kepadaku sebab
itu aku rampok hati kamu
Tokh nggak ada yang nggak perampok di dunia ini,
iya nggak?
Kalau nggak percaya tanya aja sama polisi
Habisnya, kamu nggak kubilang begitu mau apa coba
Bunuh diri? Itu lebih brengsek dari pada membiarkan
hidup ini berjalan seperti kamu sadari sekarang ini
Kamu bilang itu menyakitkan. Aku bilang biarin
Yudhistira ANM Massardi, 1974
8.
Puisi yang
sangat memperhatikan unsur bunyi.
Yang
terkenal menggunakan bentuk ini adalah Ibrahim jSattah dan Sutardji.
Contoh
:
WA
WA
‘tu
bulan ‘tu bintang wa wa ‘tu pucuk malimali
Menjuntaikan
awan
Dan tertegun
Wa
wa darah siapa yang tumpah
Wa wa gapai siapa yang sampai
Wa
wa hati siapa tak sedih
Saying
pada rindu resah siapa yang dalam
Bisa pada lupa keris siapa yang tikam
‘tu
bulan ‘tu bintang wa wa ‘tu pucuk malimali
Menjuntai
awan
Dan tetegun
Ibrahim Sattah
9.
Puisi konkret
atau puisi gambar
Puisi
konkret benar-benar merupakan penyair yang tidak lagi percaya terhadap
eksistensi kata. Puisi konkret berusaha meninggalkan peranan kata karena kata
dianggapnya terlampau akrab untuk mewadahi penyair. Puisi konkret merupakan
puisi yang diciptakan oleh penyair dengan memakai benda-benda yang konkret (
biasanya dengan sedikit mungkin kata , bahkan kalau perlu kata itu dihilangkan)
sebagai alat ekspresinya . Misalnya saja puisi Daging Mentah Sutardji Calzoum
Bachri, atau puisi Abdul Hadi WM.
Penyusunan puisi kontemporer
sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur
sebagai berikut:
- Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
- Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
- Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
- Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)
Tidak ada komentar:
Posting Komentar