Pengertian Puisi dan Jenisnya


PUISI
Puisi (dari bahasa Yunani kuno: ποιέω/ποι (poiéo/poió) = I create) adalah seni tertulis di mana bahasa digunakan untuk kualitas estetiknya untuk tambahan, atau selain arti semantiknya.

Penekanan pada segi estetik suatu bahasa dan penggunaan sengaja pengulangan, meter dan rima adalah yang membedakan puisi dari prosa. Namun perbedaan ini masih diperdebatkan. Beberapa ahli modern memiliki pendekatan dengan mendefinisikan puisi tidak sebagai jenis literatur tapi sebagai perwujudan imajinasi manusia, yang menjadi sumber segala kreativitas. Selain itu puisi juga merupakan curahan isi hati seseorang yang membawa orang lain ke dalam keadaan hatinya.



Baris-baris pada puisi dapat berbentuk apa saja (melingkar, zigzag dan lain-lain). Hal tersebut merupakan salah satu cara penulis untuk menunjukkan pemikirannnya. Puisi kadang-kadang juga hanya berisi satu kata/suku kata yang terus diulang-ulang. Bagi pembaca hal tersebut mungkin membuat puisi tersebut menjadi tidak dimengerti. Tapi penulis selalu memiliki alasan untuk segala 'keanehan' yang diciptakannya. Tak ada yang membatasi keinginan penulis dalam menciptakan sebuah puisi. Ada beberapa perbedaan antara puisi lama dan puisi baru.

Namun beberapa kasus mengenai puisi modern atau puisi cyber belakangan ini makin memprihatinkan jika ditilik dari pokok dan kaidah puisi itu sendiri yaitu 'pemadatan kata'. kebanyakan penyair aktif sekarang baik pemula ataupun bukan lebih mementingkan gaya bahasa dan bukan pada pokok puisi tersebut.

Didalam puisi juga biasa disisipkan majas yang membuat puisi itu semakin indah. Majas tersebut juga ada bemacam, salah satunya adalah sarkasme yaitu sindiran langsung dengan kasar.

Dibeberapa daerah di Indonesia puisi juga sering dinyanyikan dalam bentuk pantun. Mereka enggan atau tak mau untuk melihat kaidah awal puisi tersebut.

Menurut Sobandi dalam buku Mandiri Bahasa Indonesia penerbit Erlangga (ktsp 2006) : hal 34. Puisi merupakan karya sastra yang ditulis dalam bentuk bait, menggunakan kata-kata yang padat makna dan indah, serta mengandung pesan-pesan tertentu. Ada dua unsure yang membangun keindahan sebuah puisi, yaitu unsure bentuk dan unsure isi. Puisi yang mengutamakan unsure bentuk umumnya terdapat pada puisi lama, seperti pantun, syair, gurindam, karmina dan talibun. Unsur bentuk adalah unsure yang membangun sebuah puisi secara fisik, yaitu korespondensi, musikalisasi, dan gaya bahasa.

Korespondensi = Jalinan antarkata, antarlarik, dan antarbait
Musikalisas      = Perulangan bunyi (rima) dan lagu (irama)
Gaya bahasa     = Gaya penyair dalam menggunakan kata-kata sehingga menjadi hidup dan menarik


Jenis-Jenis Puisi

Menurut zamannya, puisi dibedakan atas puisi lama dan puisi baru

PUISI LAMA

Puisi lama adalah puisi yang terikat oleh aturan-aturan. Aturan- aturan itu antara lain :
  • Jumlah kata dalam 1 baris
  • Jumlah baris dalam 1 bait
  • Persajakan (rima)
  • Banyak suku kata tiap baris
  • Irama

Ciri puisi lama:
  • Merupakan puisi rakyat yang tak dikenal nama pengarangnya.
  • Disampaikan lewat mulut ke mulut, jadi merupakan sastra lisan.
  • Sangat terikat oleh aturan-aturan seperti jumlah baris tiap bait, jumlah suku kata maupun rima.

Jenis-jenis puisi lama
  • Mantra adalah ucapan-ucapan yang dianggap memiliki kekuatan gaib.
Contoh:
Assalammu’alaikum putri satulung besar
Yang beralun berilir simayang
Mari kecil, kemari
Aku menyanggul rambutmu
Aku membawa sadap gading
Akan membasuh mukamu

  • Pantun adalah puisi yang bercirikan bersajak a-b-a-b, tiap bait 4 baris, tiap baris terdiri dari 8-12 suku kata,baris pertama dan ke-2 sebagai sampiran, baris ke-3 dan ke-4 sebagai isi. Pembagian pantun menurut isinya terdiri dari pantun anak, muda-mudi, agama/nasihat, teka-teki, jenaka.
Contoh:
Kalau ada jarum patah
Jangan dimasukkan ke dalam peti
Kalau ada kataku yang salah
Jangan dimasukkan ke dalam hati

  • Karmina adalah pantun kilat seperti pantun tetapi pendek.
Contoh:
Dahulu parang sekarang besi (a)
Dahulu sayang sekarang benci (a)

  • Seloka adalah pantun berkait.
Contoh:
Lurus jalan ke Payakumbuh,
Kayu jati bertimbal jalan
Di mana hati tak kan rusuh,
Ibu mati bapak berjalan

  • Gurindam adalah puisi yang berdirikan tiap bait 2 baris, bersajak a-a-a-a, berisi nasihat.
Contoh:
Kurang pikir kurang siasat (a)
Tentu dirimu akan tersesat (a)
Barangsiapa tinggalkan sembahyang (b)
Bagai rumah tiada bertiang (b)
Jika suami tiada berhati lurus (c)
Istri pun kelak menjadi kurus (c)

  • Syair adalah puisi yang bersumber dari Arab dengan ciri tiap bait 4 baris, bersajak         a-a-a-a, berisi nasihat atau cerita.
Contoh:
Pada zaman dahulu kala (a)
Tersebutlah sebuah cerita (a)
Sebuah negeri yang aman sentosa (a)
Dipimpin sang raja nan bijaksana (a)

  • Talibun adalah pantun genap yang tiap bait terdiri dari 6, 8, ataupun 10 baris.
Contoh:
Kalau anak pergi ke pekan
Yu beli belanak pun beli sampiran
Ikan panjang beli dahulu
Kalau anak pergi berjalan
Ibu cari sanak pun cari isi
Induk semang cari dahulu



PUISI BARU

Puisi baru bentuknya lebih bebas daripada puisi lama baik dalam segi jumlah baris, suku kata, maupun rima.

Ciri-ciri Puisi Baru:
  • Bentuknya rapi, simetris;
  • Mempunyai persajakan akhir (yang teratur);
  • Banyak mempergunakan pola sajak pantun dan syair meskipun ada pola yang lain;
  • Sebagian besar puisi empat seuntai;
  • Tiap-tiap barisnya atas sebuah gatra (kesatuan sintaksis)
  • Tiap gatranya terdiri atas dua kata (sebagian besar) : 4-5 suku kata.

Menurut Sobandi dalam buku Mandiri Bahasa Indonesia penerbit Erlangga (ktsp 2006) : hal 35.
Jenis-jenis rima adalah sebagai berikut
-          Rangkai           : a-a-a-a
-          Kembar           : a-a-b-b
-          Silang              : a-b-a-b
-          Peluk               : a-b-b-a
-          Patah               : a-b-a-a, a-a-b-a, a-a-a-b

Jenis-jenis Puisi Baru Menurut isinya :

  • Balada adalah puisi berisi kisah/cerita rakyat yang mengharukan. Balada jenis ini terdiri dari 3 (tiga) bait, masing-masing dengan 8 (delapan) larik dengan skema rima a-b-a-b-b-c-c-b. Kemudian skema rima berubah menjadi a-b-a-b-b-c-b-c. Larik terakhir dalam bait pertama digunakan sebagai refren dalam bait-bait berikutnya. Contoh: Puisi karya Sapardi Djoko Damono yang berjudul “Balada Matinya Seorang Pemberontak”.
Contoh:
Sahabatku Yang Tertindas
(Kahlil Gibran)
Wahai engkau yang dilahirkan di atas ranjang kesengsaraan,
Diberi makan pada dada penurunan nilai,
Yang bermain sebagai seorang anak di rumah tirani,
Engkau yang memakan roti basimu dengan keluhan dan meminum air keruhmu bercampur dengan air mata yang getir.
Wahai askar yang diperintah oleh hokum yang tidak adil oleh lelaki yang meninggalkan istrinya,
Anak-anaknya yang masih kecil,
Sahabat-sahabatnya,
Dan memasuki gelanggang kematian demi kepentingan cita-cita yang mereka sebut ‘keperluan’.

  • Himne adalah puisi yang berisi nyanyian, pujaan untuk Tuhan, tanah air, atau pahlawan. Ciri-cirinya adalah lagu pujian untuk menghormati seorang dewa, Tuhan, seorang pahlawan, tanah air, atau almamater (Pemandu di Dunia Sastra). Sekarang ini, pengertian himne menjadi berkembang. Himne diartikan sebagai puisi yang dinyanyikan, berisi pujian terhadap sesuatu yang dihormati (guru, pahlawan, dewa, Tuhan) yang bernapaskan ketuhanan.
Contoh:
Bahkan batu-batu yang keras dan bisu
Mengagungkan nama-Mu dengan cara sendiri
Menggeliat derita pada lekuk dan liku
bawah sayatan khianat dan dusta.
Dengan hikmat selalu kupandang patung-Mu
menitikkan darah dari tangan dan kaki
dari mahkota duri dan membulan paku
Yang dikarati oleh dosa manusia.
Tanpa luka-luka yang lebar terbuka
dunia kehilangan sumber kasih
Besarlah mereka yang dalam nestapa
mengenal-Mu tersalib di datam hati.
(Saini S.K)

  • Ode adalah puisi yang berisi pujian atau sanjungan untuk orang yang berjasa atau lainnya. Nada dan gayanya sangat resmi (metrumnya ketat), bernada anggun, membahas sesuatu yang mulia, bersifat menyanjung baik terhadap pribadi tertentu atau peristiwa umum.
Contoh:
Generasi Sekarang
Di atas puncak gunung fantasi
Berdiri aku, dan dari sana
Mandang ke bawah, ke tempat berjuang
Generasi sekarang di panjang masa
Menciptakan kemegahan baru
Pantun keindahan Indonesia
Yang jadi kenang-kenangan
Pada zaman dalam dunia
(Asmara Hadi)

  • Epigram adalah puisi yang berisi tuntunan/ajaran hidup yang berisi prosa pendek. Epigram berasal dari Bahasa Yunani epigramma yang berarti unsur pengajaran; didaktik; nasihat membawa ke arah kebenaran untuk dijadikan pedoman, ikhtibar; ada teladan.
Contoh:
Hari ini tak ada tempat berdiri
Sikap lamban berarti mati
Siapa yang bergerak, merekalah yang di depan
Yang menunggu sejenak sekalipun pasti tergilas.
(Iqbal)

  • Romansa adalah puisi yang berisi luapan perasaan cinta seseorang terhadap kekasihnya. Romansa Berasal dari bahasa Perancis Romantique yang berarti keindahan perasaan; persoalan kasih sayang, rindu dendam, serta kasih mesra
Contoh:
Ingin Kulupakan Cinta
Setelah hampa
Tinggallah ruang kosong di hati,
Kembali kauhadir ketika lelap menyelimuti.
Harusnya kausadar!
Kau pun tak patut kembali
Walau hanya dalam mimpi!
Jalan setapak yang kita lalui dulu
Hanyalah kepingan sampah kenangan
Yang seharusnya kubuang jauh
Dan pasti kubuang jauh.
Dan aku pun harusnya sadar,
Melupakanmu hanyalah memberikan sedikit goresan tipis di hati.

  • Elegi adalah puisi yang berisi ratap tangis/kesedihan dan ungkapan duka cita . Berisi sajak atau lagu yang mengungkapkan rasa duka atau keluh kesah karena sedih atau rindu, terutama karena kematian/kepergian seseorang.
Contoh:
Senja di Pelabuhan Kecil
Ini kali tidak ada yang mencari cinta
di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut
Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.
Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan
menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap

  • Satire adalah puisi yang berisi sindiran/kritik terhadap ketimpangan atau ketidakberesan dalam kehidupan suatu kelompok masyarkat tertentu. Berasal dari bahasa Latin Satura yang berarti sindiran; kecaman tajam terhadap sesuatu fenomena; tidak puas hati satu golongan (ke atas pemimpin yang pura-pura, rasuah, zalim etc)
Contoh:
Aku bertanya
tetapi pertanyaan-pertanyaanku
membentur jidat penyair-penyair salon,
yang bersajak tentang anggur dan rembulan,
sementara ketidakadilan terjadi
di sampingnya,
dan delapan juta kanak-kanak tanpa pendidikan,
termangu-mangu dl kaki dewi kesenian.


macam-macam puisi baru dilihat dari bentuknya antara lain:

  • Distikon, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas dua baris (puisi dua seuntai).
Contoh:
Berkali kita gagal
Ulangi lagi dan cari akal
Berkali-kali kita jatuh
Kembali berdiri jangan mengeluh

  • Terzina, puisi yang tiap baitnya terdiri atas tiga baris (puisi tiga seuntai).
Contoh:
Dalam ribaan bahagia datang
Tersenyum bagai kencana
Mengharum bagai cendana
Dalam bah’gia cinta tiba melayang
Bersinar bagai matahari
Mewarna bagaikan sari

  • Kuatrain, puisi yang tiap baitnya terdiri atas empat baris (puisi empat seuntai).
Contoh:
Mendatang-datang jua
Kenangan masa lampau
Menghilang muncul jua
Yang dulu sinau silau
Membayang rupa jua
Adi kanda lama lalu
Membuat hati jua
Layu lipu rindu-sendu

  • Kuint, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas lima baris (puisi lima seuntai).
Contoh:
Hanya Kepada Tuan
Satu-satu perasaan
Hanya dapat saya katakan
Kepada tuan
Yang pernah merasakan
Satu-satu kegelisahan
Yang saya serahkan
Hanya dapat saya kisahkan
Kepada tuan
Yang pernah diresah gelisahkan
Satu-satu kenyataan
Yang bisa dirasakan
Hanya dapat saya nyatakan
Kepada tuan
Yang enggan menerima kenyataan
(Or. Mandank)

  • Sektet, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas enam baris (puisi enam seuntai).
Contoh:
Merindu Bagia
Jika hari’lah tengah malam
Angin berhenti dari bernapas
Sukma jiwaku rasa tenggelam
Dalam laut tidak terwatas
Menangis hati diiris sedih
(Ipih)

  • Septime, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas tujuh baris (tujuh seuntai).
Contoh:
Indonesia Tumpah Darahku
Duduk di pantai tanah yang permai
Tempat gelombang pecah berderai
Berbuih putih di pasir terderai
Tampaklah pulau di lautan hijau
Gunung gemunung bagus rupanya
Ditimpah air mulia tampaknya
Tumpah darahku Indonesia namanya

  • Oktaf/Stanza, adalah puisi yang tiap baitnya terdiri atas delapan baris (double kutrain atau puisi delapan seuntai).
Contoh:
Awan
Awan datang melayang perlahan
Serasa bermimpi, serasa berangan
Bertambah lama, lupa di diri
Bertambah halus akhirnya seri
Dan bentuk menjadi hilang
Dalam langit biru gemilang
Demikian jiwaku lenyap sekarang
Dalam kehidupan teguh tenang

  • Soneta, adalah puisi yang terdiri atas empat belas baris yang terbagi menjadi dua, dua bait pertama masing-masing empat baris dan dua bait kedua masing-masing tiga baris. Soneta berasal dari kata sonneto (Bahasa Italia) perubahan dari kata sono yang berarti suara. Jadi soneta adalah puisi yang bersuara. Di Indonesia, soneta masuk dari negeri Belanda diperkenalkan oleh Muhammad Yamin dan Roestam Effendi, karena itulah mereka berdualah yang dianggap sebagai ”Pelopor/Bapak Soneta Indonesia”. Bentuk soneta Indonesia tidak lagi tunduk pada syarat-syarat soneta Italia atau Inggris, tetapi lebih mempunyai kebebasan dalam segi isi maupun rimanya. Yang menjadi pegangan adalah jumlah barisnya (empat belas baris).
Contoh:
Gembala
Perasaan siapa ta ‘kan nyala ( a )
Melihat anak berelagu dendang ( b )
Seorang saja di tengah padang ( b )
Tiada berbaju buka kepala ( a )
Beginilah nasib anak gembala ( a )
Berteduh di bawah kayu nan rindang ( b )
Semenjak pagi meninggalkan kandang ( b )
Pulang ke rumah di senja kala ( a )
Jauh sedikit sesayup sampai ( a )
Terdengar olehku bunyi serunai ( a )
Melagukan alam nan molek permai ( a )
Wahai gembala di segara hijau ( c )
Mendengarkan puputmu menurutkan kerbau ( c )
Maulah aku menurutkan dikau ( c )

PUISI KONTEMPORER

Kata kontemporer secara umum bermakna masa kini sesuai dengan perkembangan zaman atau selalu menyesuaikan dengan perkembangan keadaan zaman. Selain itu, puisi kontemporer dapat diartikan sebagai puisi yang lahir dalam kurun waktu terakhir. Puisi kontemporer berusaha lari dari ikatan konvensional puisi iti sendiri. Puisi kontemporer seringkali memakai kata-kata yang kurang memperhatikan santun bahasa, memakai kata-kata makin kasar, ejekan, dan lain-lain. Pemakaian kata-kata simbolik atau lambing intuisi, gaya bahasa, irama, dan sebagainya dianggapnya tidak begitu penting lagi.

Tokoh-tokoh puisi kontemporer di Indonesia saat ini, yaitu sebagai berikut:

Menurut Antilan Purba dalam buku yg berjudul SASTRA INDONESIA KONTEMPORER penerbit USU PRESS Medan: hal. 15-16
Istilah puisi kontemporer dipadankan dengan istilah puisi inkonvensional, puisi masa kini, puisi mutakhir. Pengenaan atau penerapan istilah kontemporer pada puisi kontemporer lebih mengarah kepada kehendak menunjukkan pada kondisi kreatif seniman di dalam mengolah dan menemukan idiom-idiom baru.
                        Puisi kontemporer tidak hanya terikat kepada tema (struktur tematik), tetapi juga terikat kepada struktur fisik puisi (struktur sintaksis). Berdasarkan keberadaan puisi kontemporer ini, maka pengertiannya (1) puisi yang muncul pada masa kini yang bentuk dan gayanya tidak mengikuti kaidah-kaidah puisi pada umumnya (H.Nasution, dkk, 1998 :81); (2) puisi yang lahir di dalam kurun waktu tertentu yang memiliki ciri-ciri yang berbeda dengan puisi lainnya (umar Yunus, 1985:31).
            Puisi kontemporer adalah bentuk puisi yang berusaha lari dari ikatan konvensional puisi itu sendiri. Misalnya, sutardji mulai tidak mempercayai kekuatan kata tetapi dia mulai berpaling pada eksistensi bunyi dan kekuatannya. Danarto justru memulai kekuatan garis dalam menciptakan puisi (Ina Kinayati, 1977, 1978 :81)

Ciri-Ciri Puisi Kontemporer
             Diambil dari buku berjudul SASTRA INDONESIA KONTEMPORER penerbit USU PRESS Medan karangan Antilan Purba: hal 38-40
            Ada dua pakar sastra indonesia yang membuat ciri-ciri puisi kontemporer, yaitu Sumardi dan Rachmad Djoko Pradopo.
      Sumardi, di dalam makalanya berjudul Mengintip Puisi Indonesia Kontemporer (dalam Dewan Kesenian Jakarta, 1979), menegaskan ciri-ciri puisi indonesia kontemporer itu :
1.      Puisi yang sama sekali menolak kata sebagai media ekspresinya.
2.      Puisi yang bertumpu pada simbol-simbol nonkata, dan menampilkan kata seminimal mungkin sebagai intinya.
3.      Puisi yang bebas memasukkan unsur-unsur bahasa asing atau bahasa daerah.
4.      Puisi yang memakai kata-kata supra, kata-kata konvensional yang dijungkirbalikkan dan belum dikenal masyarakat umum.
5.      Puisi yang menggarap tipografi secara cermat sebagai bagian dari daya atau alat ekspresinya.
6.      Puisi yang berpijak pada bahasa inkonvensional, tetapi diberi tenaga baru dengan cara menciptakan idiom-idiom baru

Rachmad Djoko Pradopo (1984) membeberkan ciri puisi indonesia kontemporer:
1.      Puisi bergaya mantera dengan sarana kepuitisan berupa pengulangan kata, frasa, atau kalimat.
2.      Gaya bahasa paralelisme dikombinasikan dengan gaya bahasa hiperbola dan enumerasi dipergunakan penyair untuk memperoleh efek pengucapan maksimal; tipografi puisi dieksploitasi secara sugestif dan kata-kata nonsensdipergunakan dan diberi makna baru.
3.      Banyak diciptakan puisi konkret sebagai puisi eksperimen
4.      Kata bahasa daerah banyak dipergunakan untuk memberikan efek ekspresif.
5.      Asosiasi bunyi banyak dipergunakan untuk memperoleh makna baru.
6.      Puisi-puisi imajisme banyak ditulis; dalam puisi imajis banyak digunakan kiasan, alegori, ataupun parabel
7.      Banyak digunakan gaya penulisan yang prosais
8.      Banyak di tulis puuisi lugu yang mempergunakan ungkapan gagasan secara polos dengan kata-kata serebral dan kalimat biasa yang polos.
9.      Banyak kata tabu yang digunakan baik dalam konteks puisi main-main, puisi protes, puisi pamplet, maupun puisi konkret\

ciri-ciri struktur estetika puisi kontemporer, dikemukakan ciri-ciri ekstra estetik. Ciri-ciri ekstra ini disebut juga ciri-ciri tema puisi kontemporer. Ciri-ciri itu adalah :
1.      Tema protes yang ditujukan kepada kepincangan sosial dan dampak negatif dari industrialisasi.
2.      Tema humanisme yang mengemukakan kesadaran bahwa manusia adalah subyek pembangunan dan bukan obyek pembangunan.
3.      Tema yang mengungkapkan kehidupan batin religius dan cenderung ke mistik.
4.      Tema yang dilukiskan melalui alegori dan parabel.
5.      Tema tentang perjuangan menegakkan hak-hak asasi manusia berupa perjuangan untuk kebebasan, persamaan hak, pemerataan, dan bebas dari pencemaran teknologi modern.
6.      Tema kritik sosial terhadap tindakan sewenang-wenang dari mereka yang menyelewengkan kekuasaan dan jabatan.

Penentuan ciri-ciri puisi kontemporer oleh dua pakar sastra itu secara sekilas tampaknya berbeda. Namun secara hakiki keduanya saling melengkapi

Puisi kontemporer dapat dibedakan menjadi :

1.      Puisi yang terdiri dari garis dan gambar berupa kubus segi empat.
Puisi yang menolak kata sebagai media ekspresinya
Contoh:

                                   KATA


 






                                                                  Danarto


2.      Puisi yang banyak menggunakan symbol daripada kata –kata atau kalimat.
puisi yang menggunakan symbol-simbol dengan menampilkan kata atau kalimat seruan yang sedikit.
Contoh :

VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
VVVVVVVVVVVVVVVVV
V
VIVA PANCASILA
( Jeihan )


3.      puisi yang bebas memasukkan unsur-unsur bahasa asing dan bahasa daerah.
Contoh :

MAIN CINTA MODEL KAWANG WUNG
(darmanto Jatman, dalam kumpulan Bangsat)

                  Om swastiastu
Kaleo o, kane :kahi, elua, Ekolu!
Ayolah kamboja terbang
Ayolah burung berjalan
Ayolah gelombang tidur
Ayolah pasangan berpasangan-
Ayoo!
Ayo
Ayo
Ayo ayo
-aloha!
Kaleo o kane : kehi, elua, ekolu!
Kamboja jangan berhenti jadi
Kamboja
Burung jangan berhenti jadi bu-
Rung
Gelombang jangan berhenti jadi
Gelombang-jangan!
Jangan jangan
Jangan
Mahalo!
Siang-malam, musnahkan beda kalian
Laut-darat, musnahkan beda kalian
Laki-perempuan-musnahkan beda kalian
Half korean, half chinese hawaiian american meiden-
Satus persen wong lanang jawa yog-
Ya- indonesia munahkan beda kalian!
Heong
Iblis laknak setan bekasukan
Kanioyo temen awakku:
-kangan srengenge mongka awan-awan
-rindu curung padahal di tengah ranjang
-yearing for the waves yet on the ocean


4.      Puisi yang memakai kata supra
kata-kata konvensional yang dijungkirbalikkan dan belum dikenal masyarakat umum
contoh :

PUISI JAMAN BAHARI

GERISA
    Ya maraja jaramaya
    Ya marani niramaya
    Ya silapa palasiaya
    Ya mirado rodamiya
    Ya midosa sadomiya
    Ya dayuda dayudaya
    Ya siyaca cayasiya
    Ya sihama mahasiya

                                                                                    Kebatinan oleh Sides Sudyarto



5.      Puisi tipografi
Puisi tipografi adalah puisi yang lebih mementingkan gambaran visual dari puisi tersebut. Dalam puisi tipografi seorang penyair berusaha mengekspresikan gejolak hatinya dengan lebih menonjolkan lukisan bentuk dari puisinya di samping melalui kata-kata tentunya.
dalam buku yg berjudul SASTRA INDONESIA KONTEMPORER. Puisi tipografi adalah puisi yang menggarap tipografi secara cermat sebagai bagian daya atau alat ekspresi. Puisi ini lebih mengutamakan unsur bunyi.
Contoh :

                                 aCaraCa

                             o        e

                             w      w

                             o        e

                   CowoKandKewek

                       o                   e

                         w              w

                           e           o

                              e K o

                                 a

                                 u

                    O w e e e e e k k

                                                            Dharma Sari


6.      Puisi yang berpijak pada bahasa konvensional,
Puisi yang berpijak pada bahsa konvensional, tetapi diberi tenaga baru dengan cara menciptakan idiom-idiom baru (idiom-idiom inkonvensional).
Contoh :

JADI

Tidak setiap derita
                                          Jadi luka
Tidak setiap sepi
                                          Jadi duri
Tidak setiap tanda
                                          Jadi makna
Tidak setiap Tanya
                                          Jadi ragu
Tidak setiap jawab
                                          Jadi sebab
Tidak setiap seru
                                          Jadi mau
Tidak setiap tangan
                                          Jadi pegang
Tidak setiap kabar
                                          Jadi tahu
Tidak setiap luka
                                          Jadi kaca
Memandang Kau
                                                          Pada Wajahku!

                  Sutardji Calzoum Bachri, dalam kumpulan, O, Amuk Kapak


7.      Puisi Mbeling atau puisi lugu.
Puisi ini memakai ungkapan yang blak-blakan, sederhana, tanpa menghiraukan diksi konvensional ataupun bunga-bunga bahasa. Biasanya mrngungkapkan kritik pada kehidupan masyarakat, tetapi dengan cara yang lucu dan tak brusaha terlampau berat.
Menurut Antilan Purba dalam buku yg berjudul SASTRA INDONESIA KONTEMPORER penerbit USU PRESS Medan. Puisi ini mengungkapkan hidup sosial kota-kota besar yang sering menampilkan sikap penulis yang skepstis, pesimis, anarkis dan individualis
Contoh :

BIARIN

Kamu bilang hidup ini brengsek. Aku bilang biarin
Kamu bilang hidup ini tak punya arti. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku nggak punya kegembiraan. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku nggak punya pengertian. Aku bilang biarin

Habisnya, terus terang saja, aku nggak percaya sama kamu
Tak usah marah. Aku tahu kamu orangnya sederhana
Cuma karena kamu merasa asing saja makanya kamu selalu bilang seperti itu

Kamu bilang aku bajingan. Aku bilang biarin
Kamu bilang aku perampok. Aku bilang biarin
Soalnya kalau aku nggak bajingan menjadi apa coba, lonte?

Aku laki-laki. Kalau kamu nggak suka kepadaku sebab itu aku rampok hati kamu
Tokh nggak ada yang nggak perampok di dunia ini, iya nggak?
Kalau nggak percaya tanya aja sama polisi

Habisnya, kamu nggak kubilang begitu mau apa coba
Bunuh diri? Itu lebih brengsek dari pada membiarkan hidup ini berjalan seperti kamu sadari sekarang ini

Kamu bilang itu menyakitkan. Aku bilang biarin

Yudhistira ANM Massardi, 1974


8.      Puisi yang sangat memperhatikan unsur bunyi.
Yang terkenal menggunakan bentuk ini adalah Ibrahim jSattah dan Sutardji.
Contoh :

WA WA

‘tu bulan ‘tu bintang wa wa ‘tu pucuk malimali
Menjuntaikan awan
Dan tertegun
Wa wa darah siapa yang tumpah
Wa wa gapai siapa yang sampai
Wa wa hati siapa tak sedih
Saying pada rindu resah siapa yang dalam
Bisa pada lupa keris siapa yang tikam
‘tu bulan ‘tu bintang wa wa ‘tu pucuk malimali
Menjuntai awan
Dan tetegun

Ibrahim Sattah


9.      Puisi konkret atau puisi gambar
Puisi konkret benar-benar merupakan penyair yang tidak lagi percaya terhadap eksistensi kata. Puisi konkret berusaha meninggalkan peranan kata karena kata dianggapnya terlampau akrab untuk mewadahi penyair. Puisi konkret merupakan puisi yang diciptakan oleh penyair dengan memakai benda-benda yang konkret ( biasanya dengan sedikit mungkin kata , bahkan kalau perlu kata itu dihilangkan) sebagai alat ekspresinya . Misalnya saja puisi Daging Mentah Sutardji Calzoum Bachri, atau puisi Abdul Hadi WM.

Penyusunan puisi kontemporer sebagai puisi inkonvensional ternyata juga perlu memerhatikan beberapa unsur sebagai berikut:
  • Unsur bunyi; meliputi penempatan persamaan bunyi (rima) pada tempat-tempat tertentu untuk menghidupkan kesan dipadu dengan repetisi atau pengulangan-pengulangannya.
  • Tipografi; meliputi penyusunan baris-baris puisi berisi kata atau suku kata yang disusun sesuai dengan gambar (pola) tertentu.
  • Enjambemen; meliputi pemenggalan atau perpindahan baris puisi untuk menuju baris berikutnya.
  • Kelakar (parodi); meliputi penambahan unsur hiburan ringan sebagai pelengkap penyajian puisi yang pekat dan penuh perenungan (kontemplatif)

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

DOA kepada pemeluk teguh Tuhanku Dalam termangu Aku masih menyebut namamu Biar susah sungguh mengingat Kau penuh seluruh c...